Perjalanan Bertemu Tuhan


Bersama Mentor GKISC 4

Sebuah perjalanan yang memberikan kesan suka-duka tersendiri, perjalanan 1,5 tahun bersama orang-orang yang bahkan tidak pernah dikenal sebelumnya.

"Bayangkan betapa bahagianya disaat kamu bisa bertemu Tuhan sekaligus diberkati dengan keluarga baru hanya dengan memberi berkat Tuhan kepada sesama."

Satu, tak terpisahkan, tidak tercerai-berai, beberapa pengertian saat berkata mengenai UNDIVIDED. Tema GKISummercamp kali ini menurutku sangat relevan dengan keadaan Indonesia saat ini, khususnya Gereja di Indonesia saat ini. Kondisi dimana sebagai orang Kristen kita masih terlalu sibuk untuk menyamakan perbedaan dan terkadang enggan menerima perbedaan di tengah-tengah kita tanpa memikirkan bagaimana bisa menyebarkan berkat kita kepada orang lain.

Perjalanan summercamp 8 kali ini terasa berbeda, berbeda dari biasanya dalam kepanitiaan summercamp 5 dan bahkan dari belasan kepanitiaan yang kuikuti di tahun 2017-2018 ini. Dimulai dari dipercayakan menjadi ketua rayon 3 hingga menyambut keluarga baru di GKISummercamp. Begitu banyak lika-liku yang menurutku terlalu berharga untuk orang sepertiku, terlalu berharga untuk hanya disimpan bagi diri sendiri.

Dalam keberjalanan rayon 3, sangat banyak dinamika yang terjadi dan merupakan anugerah Tuhan aku bisa bertemu dengan orang-orang hebat yang memiliki semangat yang sama, yaitu semanat untuk memberi. Semangat yang terkadang suka dilupakan kebanyakan orang, semangat yang sebenarnya menjadi dasar dari kita sebagai manusia. Namun, dalam keberjalanan rayon 3 ini aku bertemu dengan orang-orang yang diluar kebanyakan orang itu. Dalam suatu kesempatan dalam pencarian dana pernah kujumpai salah satu teman di rayon 3 yang rela untuk mengangkat ratusan kaos dengan sepeda motornya pada dinginnya pagi kota Bandung, ada lagi pernah kujumpai mereka yang rela pergi jauh meninggalkan acara kebersamaannya demi membantu berjualan yang saat itu kekurangan orang, pernah kujumpai pula mereka yang rela teriak-teriak di Gereja orang tanpa kenal lelah dan malu sampai pada saat itu terjual kaos lebih banyak dari biasanya, kujumpai pula dia yang memiliki semangat melayani yang sangat besar meskipun terhalang oleh perekonomian namun selalu menyempatkan hadir dan bahkan selalu menemukan cara untuk kembali. Begitu banyak pengorbanan tanpa balasan yang dilakukan oleh teman-teman di rayon 3, sebuah berkat Tuhan bisa bertemu mereka dan dari mereka juga aku melihat cinta Tuhan kepadaku.

Selama keberjalanan summercamp, aku diberi kesempatan untuk merasakan dua gelombang. Merasakan perbedaan atmosfer Jawa Timur dan Jawa Barat. Merasakan perbedaan, namun merasakan juga kesatuan. Perasaan senang, sedih, terharu bercampur aduk. Berkesempatan menjadi pendamping kelompok di kedua gelombang memberikanku banyak sekali pelajaran. “aku yang harus belajar dari mereka” selalu ada di benaku. Dari gelombang 1 aku bertemu dengan mereka yang memiliki sifat uniknya masing-masing, mereka yang bahkan menemukan berkat Tuhan dalam segala kesulitannya, mereka yang tahu bagaimana harus bersifat tegar. Di gelombang 2, kekagumanku akan Tuhan tidak berhenti, di kelompok gelombang 2 aku melihat semakin banyak anugerah Tuhan dalam diri mereka. Melihat mereka yang ikhlas, melihat mereka yang menjadi pemimpin bagi yang membutuhkan, melihat mereka yang periang namun menyimpan banyak hal dalam hidupnya. Melihat mereka saja aku terkagum, berkali-kali aku serasa ‘ditampar’ karena ketidaktaatanku kepada Tuhan. Mereka mengajarkanku disaat aku tidak kuat untuk berdiri karena segala permasalahan, disitulah aku harus berlutut dan berdoa. Tuhan Yesus pernah berkata dalam Galatia 6:2 “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus,”. Banyak kekurangan yang kumiliki sebagai pendamping kelompok seperti belum bisa mengingat nama dan bahkan keluhan mereka hingga hari terakhir, namun aku akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk kelompokku.

Keluarga GKISummercamp

Kalau boleh diibaratkan, keberjalanan kepanitiaan summercamp kali ini serasa seperti sedang meminum kopi, secangkir kopi yang diminum di tengah huru-hara kota Bandung kala senja. Mendapatkan kepahitan namun selalu ada rasa manis di dalamnya, mendapatkan kehangatan dari seruput kopi itu, dan juga mendapatkan hangatnya dan indahnya matahari senja, sebuah keindahan dan kehangatan yang hanya didapatkan dari rasa kekeluargaan. Di kepanitiaan kali ini, aku menemukan arti dari semangat pelayanan itu sendiri. Aku menemukan disaat kita berasal dari banyak Gereja yang berbeda dengan warnanya masing-masing, disitu aku menemukan spektrum warna putih dari semua warna tersebut. Warna-warni yang membentuk pelangi dengan segala keindahannya dan warna putih yang menandakan ketulusan dari pelayanan itu sendiri. Melayani bukan tentang mendapatkan tetapi tentang memberi. Melayani sesederhana memberikan senyuman kepada keluarga baru, sesederhana mendengar kepada mereka yang membutuhkan. Pelayanan bersumber dari rasa syukur atas kehidupan yang diberikan oleh Tuhan, pelayanan bersumber atas sukacita akan bumi dan manusianya, dan pelayanan bagikut bersumber dari penerimaan manusia atas segala cacatnya karena Tuhan sendiri tidak membeda-bedakan manusia mana yang Ia kasihi. Dalam pelayananku di GKISummercamp kali ini aku tidak hanya bertemu Tuhan, namun aku menemukan keluarga. Mereka yang tidak hanya berdiri di depan sebagai pemimpin, meraka yang tidak hanya berdiri di belakang melihat yang lainnya maju, namun mereka yang bersedia merangkul sesamanya dan berjalan bersama-sama dalam satu kesatuan.


Salam,
Kalaka Rangga
Bandung, 12 Juli 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam Penuh Bintang

Spektrum Warna Persahabatan (Bagian 1)