Samudra Ilmu

Ilmu layaknya sebuah samudra. Luas dan tak berujung. Selalu memanggil-manggil jiwa pembelajar untuk ikut mengarunginya. Sebuah analogi ilmu yang menurutku sangat tepat untuk menggambarkan betapa besarnya ilmu yang ada di dunia ini.
Pada tanggal 8 September sampai 10 September lalu, aku bersama mahasiswa Oseanografi ITB angkatan 2016 lainnya mengikuti kegiatan kuliah lapangan ke Pulau Pari. Kegiatan yang ditujukan untuk mengenalkan studi Oseanografi dan juga mengambil data awal untuk perkuliahan selanjutnya. Secara garis besar, praktikum ini dibagi ke dalam 5 modul baik yang dilakukan di onshore maupun offshore. Pembagian tim untuk kegiatan ini juga secara garis besar dibagi menjadi tim pendahulu dan tim pemberangkatan selanjutnya, dan aku termasuk ke dalam tim pendahulu.

Bagian 1
Kamis, 7 September 2017. Hari itu pukul delapan belas lebih tiga puluh dua menit, aku sudah menyelesaikan kegiatan perkuliahan. Aku sudah bersiap-siap untuk keberangkatan pada malam harinya, baik untuk barang-barang yang dibawa maupun persiapan fisik maupun mental. Kami berkumpul di ruang seminar Labtek XI pada pukul 20.00 untuk sebelumnya melakukan pengecekan ulang barang dan briefing awal kegiatan. Disitu masing-masing dari kami diamanahkan untuk membawa alat-alat survey dan bertugas menjaganya hingga selesai dipakai nanti. Bis berangkat pada pukul 01.00 tanggal 8 September 2017. Sesampainya di pelabuhan Kali Adem, kami langsung menyantap makanan. Makanan yang kami santap yaitu ayam goreng Sabana. Sembari menunggu loket pembelian tiket buka, kami bercanda tawa melepas panjangnya perjalanan ITB – Kali Adem. Pukul 05.20, loket buka, Mas Iwan langsung membeli tiket untuk rombongan kami dan kamipun langsung menuju ke kapal yang memang sudah berlabuh di pelabuhan. Perjalanan ke kapal, kami langsung disuguhkan dengan matahari terbit yang sangat memukau.

Matahari Terbit di Kali Adem

Sepanjang perjalanan di kapal, kami mempersiapkan modul-modul praktikum yang akan dilakukan. Banyak dari kami yang baru pertama kali merasakan naik kapal ke laut lepas, banyak dari kami yang mengalami mabuk laut. Di kapal, kami bertukar cerita mengenai ekskursi sebelumnya dengan para asisten.  Rasa penasaran dan semangat pembelajaran semakin menggebu-gebu di dalam hati kami, khususnya aku sendiri. Penasaran akan pembelajaran apa yang akan kami dapatkan nantinya di Pulau Pari.
Temanku sedang menikmati suasana pelabuhan

Bagian 2
Waktu menunjukkan pukul 10.23, aku beserta rombongan sudah sampai di Pulau Pari. Kami langsung menuju mess untuk meletakkan barang-barang kami serta makan siang. Pemandangan sekitar mess sangat bagus, pemandangan yang sangat menyejukkan mata di tengah penatnya kuliah. Kemudian aku dan teman aku Isma, menuju ke pantai. Di sana aku ditugaskan untuk memasang palem (alat mengukur pasang surut). Saat memasang, aku bersama teman aku mengalami kesulitan karena memang dasarnya ditumbuhi karang. Kami menggunakan linggis untuk memasang alat tersebut.



Aku bersama temanku memasang palem


Selama 3 jam, aku bersama teman aku memasang alat tersebut. aku mendapatkan bahwa di lapangan, kita tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan orang lain. Sebuah kerja sama yang solid dibutuhkan. Setelahnya kami mencoba pengukuran lepas pantai pertama kami. Ombak yang ada pada saat itu sangat tinggi sehingga beberapa dari kami banyak yang mengalami mabuk laut. Dari dosen pembimbing kami pun memutuskan untuk menyudahi pengukuran. Pengukuran yang awalnya 6 jam menjadi hanya 2 jam dan tidak dilakukan selama 24 jam. Setelah itu kami memutuskan untuk beristirahat di mess sembari menunggu pukul 20.00 untuk melaksanakan evaluasi harian. Evaluasi yang dipimpin oleh Bu Muti, di situ memang dikatakan bahwa ombak pada hari itu sangat besar dan untuk kami pemula yang melakukan pengukuran di lepas pantai dan ada beberapa faktor yang memengaruhi yaitu kondisi angin dan memang pada bulan itu angin memang cukup mendukung untuk ombak lebih tinggi daripada biasanya.


Bagian 3

Pagi hari pada tanggal 9 September 2017. Waktu menunjukkan pukul 03.57. Aku dibangunkan oleh temanku yang memang pada saat itu kami ditugaskan untuk melakukan pengukuran pasang surut 24 jam. Pada saat pengukuran, aku baru pertama kali merasakan dinginnya malam pantai. Pengalaman yang sangat berharga. Setelahnya aku mengerjakan modul NPP Horizontal di pantai dekat mess. Saat kembali ke pelabuhan, aku mendapati teman-temanku sudah datang dan kamipun mengerjakan 5 modul utama selanjutnya.  Modul-modul ini yaitu mengukur arus dan KAL stasioner, kemiringan pantai, pengukuran batimetri dan PCO2, mengukur pasang surut, dan mengukur KAL sebaran dan garis pantai. Modul-modul yang dilakukan bersama kelompokku ini memberikan pandangan baru mengenai survey oseanografi. Membawa aku memiliki rasa penasaran yang lebih tentang oseanografi itu sendiri. Modul-modul ini kami selesaikan sekitar pukul 4 sore. Setelah membersihkan alat dan ishoma, tibalah saat dimana kami akan menanam mangrove. Penanaman mangrove dilakukan di sebelah barat pulau. Disana kami menanam mangrove yang memang ditujukan untuk mencegah abrasi di sekitar garis pantai bagian barat pulau. Setelah melakukan briefing singkat, barulah kami menanam mangrove.

aul - affan - octo - raka saat pemananam mangrove
aku mendapati banyak bintang laut di daerah sekitar penanaman mangrove. Disana aku melihat bahwa kehidupan itu banyak sekali ragamnya, kehidupan yang tanpa sadar saling bahumembahu dalam keberjalanannya agar semesta ini tetap berjalan. Tak peduli kontribusi sekecil apapun satu individu terhadap lainnya, namun tanpa adanya salah satu individu tersebut, maka semesta ini tidak akan berjalan seperti sekarang ini.


Bagian 4  - Penutup
Layaknya matahari terbit, dia akan terbenam kembali. Perjalanan yang dimulai ini akan segera berakhir. Waktu di jamku menujukkan pukul 17.27 WIB. Setelah selesai menanam mangrove, kami berfoto bersama civitas akademika ITB yang ikut ekskursi ke Pulau Pari ini. Kami juga diberikan "hadiah" berupa pemandangan matahari terbenam. Pemandangan yang sangat indah ditambah bonus menyaksikan bersama teman-temanku.



Matahari Terbenam di Pulau Pari

Pada malam harinya kami melakukan sharing data antar kelompok dan melengkapi data-data kami. Esoknya kami pulang ke Bandung dan sampai di Bandung kira kira pukul 3 sore. Dalam perjalanan ini aku mempelajari tentang rasa tanggung jawab, rasa kekeluargaan yang kudapat dari teman-temanku. Pulau Pari bukanlah sebuah akhir dari keberjalananku di Oseanografi ITB, melainkan inilah awal dari segala rasa hausku tuk mengarungi luasnya samudra ilmu yang membentang.


Bandung, 25 September 2017

Kalaka Rangga




Semua foto pada tulisan ini diambil oleh temanku, Isma

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Bertemu Tuhan

Malam Penuh Bintang

Spektrum Warna Persahabatan (Bagian 1)